Jumat, 14 September 2012



Bahaya Durhaka Pada Suami

Tujuan suatu pernikahan adalah untuk menciptakan kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang istri akan menjadi penyejuk mata, dan penenang di kala timbul problema. Namun, jika istri itu durhaka lagi membangkang kepada suaminya, maka alamat kehancuran ada didepan mata. Dia tidak lagi menjadi penyejuk hati, tapi menjadi musibah dan neraka bagi suaminya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :  “Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum :21)

Kedurhakaan seorang istri kepada suaminya amat banyak ragam dan bentuknya, seperti mencaci-maki suami, mengangkat suara depan suami, membuat suami jengkel, berwajah cemberut depan suami, menolak ajakan suami untuk jimak, membenci keluarga suami, tidak mensyukuri (mengingkari) kebaikan, dan pemberian suami, tidak mau mengurusi rumah tangga suami, selingkuh, berpacaran di belakang suami, keluar rumah tanpa izin suami, dan sebagainya.

Allah -Subhanahu wa Ta’la- telah mengancam istri yang durhaka kepada suaminya melalui lisan Rasul-Nya ketika Beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya” .[HR. An-Nasa'iy dalam Al-Kubro (9135 & 9136), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (2349), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2771), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (289)]

Tipe wanita seperti ini banyak disekitar kita. Suami yang capek banting tulang setiap hari untuk menghidupi anak-anaknya, dan memenuhi kebutuhannya, namun masih saja tetap berkeluh kesah dan tidak puas dengan penghasilan suaminya. Ia selalu membanding-bandingkan suaminya dengan orang lain, sehingga hal itu menjadi beban yang berat bagi suaminya. Maka tidak heran jika neraka dipenuhi dengan wanita-wanita seperti ini, sebagaimana sabda Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

“Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur (ingkar)!” Ada yang bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?” Rasullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami. Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia (istri durhaka itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (29), dan Muslim dalam Shohih-nya (907)]

Hushain bin Mihshon telah berkata, “Bibiku telah menceritakan kepadaku seraya berkata,
“Saya mendatangi Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- untuk suatu keperluan. Beliau bertanya:”siapakah ini? Apakah sudah bersuami?. “sudah!”, jawabku. “Bagaimana hubungan engkau dengannya?”, tanya Rasulullah. “Saya selalu mentaatinya sebatas kemampuanku”. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,“Perhatikanlah selalu bagaimana hubunganmu dengannya, sebab suamimu adalah surgamu, dan nerakamu”. [HR. An-Nasa'iy dalam Al-Kubro (8963), Ahmad dalam Al-Musnad (4/341/no. 19025), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (2612), dan Adab Az-Zifaf (hal. 213)]

Dari hadits ini, kita telah mengetahui betapa besar dan agungnya hak-hak suami yang wajib dipenuhi seorang istri sampai Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda,

“Sekiranya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada lainnya, niscaya akan kuperintahkan seorang istri sujud kepada suaminya” . [HR. At-Tirmidziy dalam As-Sunan (1159), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' (1998)]

Jika seorang istri tidak memenuhi hak-hak tersebut atau durhaka kepada suami, maka ia mendapatkan ancaman dari Allah -Ta’ala- lewat lisan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-,   “Ada dua orang yang sholatnya tidak melampaui kepalanya: budak yang lari dari majikannya sampai ia kembali, dan wanita yang durhaka kepada suaminya sampai ia mau rujuk (taubat)”.
[HR. Ath-Thobroniy dalam Ash-Shoghir (478), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (7330)]

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Ada tiga orang yang sholatnya tidak melampaui telinganya: Hamba yang lari sampai ia mau kembali, wanita yang bermalam (tidur, red), sedang suaminya masih marah kepadanya, dan seorang pemimpin kaum, sedang mereka benci kepadanya”.[HR. At-Tirmidziy (360). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1122)]

Ini merupakan ancaman yang amat keras bagi para wanita durhaka, karena kedurhakaannya menjadi sebab tertolaknya amal sholatnya di sisi Allah. Dia sholat hanya sekedar melaksanakan kewajiban di hadapan Allah. Adapun pahalanya, maka ia tak akan mendapatkannya, selain lelah dan capek saja. Wal’iyadzu billahmin dzalik.

Diantara bentuk kedurhakaan seorang istri kepada suaminya, enggannya seorang istri untuk memenuhi hajat biologis suaminya. Keengganan seorang istri dalam melayani suaminya, lalu suami murka dan jengkel merupakan sebab para malaikat melaknat istri yang durhaka seperti ini. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Jika seorang suami mengajak istrinya (berjimak) ke tempat tidur, lalu sang istri enggan, dan suami bermalam dalam keadaan marah kepadanya, maka para malaikat akan melaknat sang istri sampai pagi”. [HR. Al-Bukhoriy Kitab Bad'il Kholq (3237), dan Muslim dalam Kitab An-Nikah (1436)]

Seorang suami saat ia butuh pelayanan biologis (jimak) dari istrinya, maka seorang istri tak boleh menolak hajat suaminya, bahkan ia harus berusaha sebisa mungkin memenuhi hajatnya, walaupun ia capek atau sibuk dengan suatu urusan. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad ada di Tangan-Nya, seorang istri tak akan memenuhi hak Robb-nya sampai ia mau memenuhi hak suaminya. Walaupun suaminya meminta dirinya (untuk berjimak), sedang ia berada dalam sekedup, maka ia (istri) tak boleh menghalanginya”.
[HR. Ibnu Majah dalam Kitab An-Nikah (1853). Hadits ini dikuatkan oleh Al-Albaniy dalam Adab Az-Zifaf (hal. 211)]

Perhatikan hadits ini, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memberikan bimbingan kepada para wanita yang bersuami agar memperhatikan suaminya saat-saat ia dibutuhkan oleh suaminya. Sebab kebanyakan problema rumah tangga timbul dan berawal dari masalah kurangnya perhatian istri atau suami kepada kebutuhan biologis pasangannya, sehingga “solusinya” (baca: akibatnya) munculllah kemarahan, dan ketidakharmonisan rumah tangga.

Syaikh Al-Albaniy-rahimahullah- berkata dalam Adab Az-Zifaf (hal. 210), “Jika wajib bagi seorang istri untuk mentaati suaminya dalam hal pemenuhan biologis (jimak), maka tentunya lebih wajib lagi baginya untuk mentaati suami dalam perkara yang lebih penting dari itu, seperti mendidik anak, memperbaiki (mengurusi) rumah tangga, dan sejenisnya diantara hak dan kewajibannya”.

Seorang wanita yang durhaka kepada suaminya, akan selalu dibenci oleh suaminya, bahkan ia akan dibenci oleh istri suaminya dari kalangan bidadari di surga. Istri bidadari ini akan marah. Saking marahnya, ia mendoakan kejelekan bagi wanita yang durhaka kepada suaminya..

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata, “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu; hampir saja ia akan meninggalkanmu menuju kepada kami”.[HR. At-Tirmidziy Kitab Ar-Rodho' (1174), dan Ibnu Majah dalam Kitab An-Nikah (2014). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Adab Az-Zifaf (hal. 212)]

Demikianlah bahayanya seorang wanita melakukan kedurhakaan kepada suaminya, yakni tak mau taat kepada suami dalam perkara-perkara yang ma’ruf (boleh) menurut syari’at. Semoga wanita-wanita yang durhaka kepada suaminya mau kembali berbakti, dan bertaubat sebelum ajal menjemput. Pada hari itulah penyesalan tak lagi bermanfaat baginya.

—–
Diringkas dari sumber aslinya yang terdapat pada Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 84 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc.

Istri Durhaka

Istri yang Dianggap Durhaka Kepada Suami

Apabila dipanggil oleh suaminya ia tidak datang.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:“Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur. ia tidak datang niscaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Membantah suruhan atau perintah suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja yang tidak berbakti kepada suaminya maka ia mendapat laknat Allah dan malaikat serta semua manusia.”

Bermuka masam terhadap suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang bermuka masam di hadapan suaminya berarti ia dalam kemurkaan Allah sampai ia senyum kepada suaminya atau ia meminta keredhaannya.”

Jahat lidah atau mulut pada suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Dan ada empat golongan wanita yang akan dimasukkan ke dalam Neraka (diantaranya) ialah wanita yang kotor atau jahat lidahnya terhadap suaminya.”

Membebankan suami dengan permintaan yang diluar kemampuannya.

Keluar rumah tanpa izin suaminya.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya.” (Riwayat Al Khatib)

Berhias ketika suaminya tidak disampingnya.
Maksud firman Allah: “Janganlah mereka (perempuan-perempuan) menampakkan perhiasannya melainkan untuk suaminya.”
(An Nur 31)

Menghina pengorbanan suaminya.
Maksud Hadis Rasulullah SAW: “Allah tidak akan memandang (benci) siapa saja perempuan yang tidak berterima kasih di atas pengorbanan suaminya sedangkan dia masih memerlukan suaminya.”

Mengijinkan masuk orang yang tidak diijinkan suaminya ke rumah.
maksud Hadis: “Jangan ijinkan masuk ke rumahnya melainkan yang diijinkan suaminya.” (Riwayat Tarmizi)

Tidak mau menerima petunjuk suaminya.
Maksud Hadis: “Isteri yang durhaka hukumnya berdosa dan dapat gugur nafkahnya ketika itu. Jika ia tidak segera bertaubat dan meminta ampun dari suaminya, Nerakalah tempatnya di Akhirat kelak. Apa yang isteri buat untuk suami adalah semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT”

Kamis, 13 September 2012

Alkisah, suatu hari seorang suami yang
setelah pulang dari bekerja, mendapati
rumahnya kosong tidak berpenghuni.
Istrinya tidak berada dirumah kala itu.
Entah mengapa, tiba- tiba seketika itu,
meledaklah emosinya. Hal ini semakin
bertambah, apalagi setelah melihat istrinya
yang tiba- tiba muncul dari balik pintu.
Berkatalah sang suami dengan
kemarahannya yang sangat, " Dari mana
saja kau?, aku capek pulang kerja kau
malah kelayapan di luar "
Si istri tersenyum, dia berniat menjawab
pertanyaan suaminya untuk memberikan
penjelasan, namun tiba- tiba lehernya
terasa seperti tercekik. Sang suami menarik
jilbab panjang yang dipakainya hingga
nyaris sobek. Dan seketika itu pula si istri
terjatuh di tanah.
Sejenak sang istri menghela nafas, dan tak
terasa air matanya jatuh. Tapi ditahannya
mulutnya sendiri agar tidak mengucapkan
sesuatu yang membuat kemarahan
suaminya semakin menjadi- jadi.
" Aku akan membuatkan air hangat untuk
kau mandi, suamiku" kata sang istri sambil
menyeka air matanya dan mencoba
berdiri.
" Tidak usah!" Jawab sang suami dengan
keras.
" Semakin lama, aku bosan dengan
keadaan seperti ini. Aku ingin anak darimu,
tapi mengapa kau malah mandul. Dasar
istri tidak berguna!" Lanjut suaminya
dengan sangat marah.
" Maaf" jawab si istri pelan.
" Sudahlah! tidak ada gunanya kau minta
maaf. Kau ku ceraikan saat ini juga. Aku
ingin wanita yang bisa memberiku anak"
Jawab suaminya.
Sang istri rasanya seperti tersambar petir,
ketika suaminya mengatakan kata cerai
yang begitu tanpa beban keluar dari
mulutnya. Dia benar- benar tak habis pikir,
mengapa suaminya begitu sangat tega
kepadanya, bahkan sebelum dia
memberikan penjelasan tentang apa yang
dilakukannya tadi di luar.
Dia pun bertanya pada dirinya sendiri,
mengapa setelah bertahun- tahun mereka
menikah, dan dengan sepenuh hati dia
telah melayani suaminya, namun dalam
hitungan detik saja, suaminya telah tega
menceraikannya.
Sang istri terus memohon kepada
suaminya agar tidak menceraikannya,
namun suaminya bahkan semakin lagi dan
lagi dalam mengucapkan kata cerai bahkan
sampai 3 kali. Setelah itu, di usirlah sang
istri dari rumahnya.
Keesokan harinya, datanglah seorang ibu
tua yang ingin bertamu hendak menemui
sang istri. Suaminya hanya menjawab
singkat kalau sang istri sudah tidak
menghuni rumah tersebut. Si ibu tua
kemudian minta ijin menjelaskan sebentar
tentang maksud kedatangannya kali ini.
Dia berkata bahwa dia ingin melanjutkan
pembicaraan yang terpotong di hari
sebelumnya tentang niat sang istri tersebut
untuk melamar putrinya tersebut untuk
menjadi istri kedua bagi suaminya.
Mendengar hal itu, Sang suami benar-
benar terkejut dan tidak menyangka,
" Benarkah itu? " tanyanya pendek
" Ya, dia bilang dia ingin menyenangkanmu
dengan memberikanmu istri yang baru,
agar kau beroleh keturunan.Namun dia
tergesa- gesa pulang, karena teringat pada
jam itu kau pasti sudah pulang, dan dia
sangat ingin menyiapkan kebutuhanmu di
rumah" Jawab si ibu menjelaskan
Si suami tidak bisa berkata apa- apa lagi.
Rasanya tercekat tenggorokannya untuk
mengeluarkan bahkan hanya untuk
sebuah kata. Dia tidak menyangka, bahwa
sang istri telah begitu luas hatinya demi
kebahagiaannnya. Namun dia balas semua
itu dengan kata thalak 3 yang dengan
mudah terlontar untuknya begitu saja,
kemarin.
Akhirnya...
Dengan perasaan penuh sesal, sang suami
terus melanjutkan hidup.
Dan kali ini episode hidupnya telah sampai
pada sebuah pernikahannya yang kedua.
Dia menikahi anak dari ibu tua tersebut.
Setelah setahun berlalu, merekapun
ternyata belum kunjung dikaruniai seorang
anak. Terbersit keinginan sang suami untuk
memperoleh keterangan tentang
kesehatannya kepada seorang dokter.
Setelah beberapa hari, diperoleh
keterangan ternyata bahwa dialah yang
mandul.
Seketika, muncullah kembali bayangan
istrinya terdahulu yang begitu sholihah,
sangat pengertian, serta sabar menerima
keadaan. Hal apapun dihadapi istrinya itu
dengan ikhlas tanpa keluhan, walaupun
batin sang istri sendiri sering disakiti oleh
perangai suaminya yang mudah marah dan
sering kali memukulnya.
Rasa penyesalan dan sedih
berkepanjangan semakin menyeruak dalam
benak sang suami saat itu. Dia merasa
bahwa ini adalah hukuman dari Allah
karena telah menyia- nyiakan istrinya
yang terdahulu yang telah dengan setia
menemaninya bertahun- tahun. Bertahun-
tahun pula dia menuduh bahwa sang istri
yang bermasalah karena tidak bisa
mengandung seorang anak. Namun,
ternyata kini semua telah jelas, bahwa
dialah justru yang "bermasalah".
Dan kini, tidak tersisa apapun baginya
kecuali penyesalan yang sangat. Dalam
sedih dia berjanji pada dirinya sendiri
untuk selalu menghormati istrinya, dan
tidak akan dengan gampang mengumbar
amarah kepada istrinya kembali, terutama
dengan tindakan yang begitu ringannya
dia mengobral kata cerai bagi pasangan
hidupnya.

Ingin Sholekha


Mampukah Aku Menjadi Wanita Sholihah...?


The beauty of a woman is not in the clothes she wears, the figure that she carries,or the way she combs her hair.
The beauty of a woman must be seen in her eyes,because that is the doorway to her heart, the place where love resides.
The beauty of a woman is not in a facial mole,
But true beauty in a woman is reflected in her soul.
It is the caring that she lovingly gives, the passion that she shows and the beauty of a woman.
With passing years-only grows!

Mampukah aku menjadi seperti Siti Khatijah?
Agung cintanya pada Allah dan Rasulullah
Hartanya diperjuangkan ke jalan fi sabilillah
Penawar hati kekasih Allah
Susah dan senang rela bersama…

Dapatkah ku didik jiwa seperti Siti Aishah?
Isteri Rasulullah yang bijak
Pendorong kesusahan dan penderitaan
Tiada sukar untuk dilaksanakan…

Mengalir air mataku
Melihat pegorbanan puteri solehah Siti Fatimah
Akur dalam setiap perintah
Taat dengan ayahnya, yang sentiasa berjuang
Tiada memiliki harta dunia
Layaklah dia sebagai wanita penghulu syurga…

Ketika aku marah
Inginku intip serpihan sabar
Dari catatan hidup Siti Sarah….

Tabah jiwaku
Setabah umi Nabi Ismail
Mengendong bayinya yang masih merah
Mencari air penghilang dahaga
Diterik padang pasir merak
Ditinggalkan suami akur tanpa bantah
Pengharapannya hanya pada Allah
Itulah wanita Siti Hajar….

Mampukah aku menjadi wanita solehah?
Mati dalam keunggulan iman
Bersinar indah, harum tersebar
Bagai wanginya pusara Masyitah…